Buku berjudul iaku merupakan buku kumpulan puisi karya Ari Kpin yang dikumpulkan
dan di terbitkan oleh Rumput Merah pada September 2018. Pria yang bernama asli
Yari Jomantara ini lahir di Garut. Beliau menekuni dunia musik dari bangku SMP
ini membawa nya duduk di Jurusan Sendratasik Program Seni Musik IKIP Bandung
atau kini dikenal dengan nama UPI. Pada jenjang ini lah dia mulai dekat dengan
dunia sastra. Sastra dan musik menjadi ciri khas dunia yang beliau jalani
sekarang. Ketekunan membuat beliau terus eksis
berkarya di bidang seni juga sastra. sudah banyak pentas pertunjukan yang
beliau buat, baik dalam bidang musik, sastra, drama, tari, maupun
kolaborasi-kolaborasi seni serta sastra lainnya. Beberapa karya yang sudah
beliau ciptakan berupa lagu, ilustrasi musik teater, ilustrasi musik tari, dan
aransemen paduan suara, seperti mencipta Mars dan Hymne Politeknik Negeri
Bandung, Tridaya, dan berbagai lembaga lainnya.
Buku yang judulnya diambil dari
salah satu judul puisi didalam nya ini berisikan 99 puisi yang bertema romansa,
religi, perenungan, ideologi, dan kenangan yang dikemas dengan menarik dan erat
dengan isu sosial yang teranalisa oleh pengetahuan ilmu sosiologi sastra yang
ditulis dengan puisi bernuansa romantik nan nyentrik
Setiap karya pasti memiliki
keunggulan dan keunikan nya masing-masing untuk membedakan dan memberikan ciri
khas pada setiap karyanya. Puisi karya Ari Kpin ini juga memiliki keunikan
tersendiri dalam karya-karya nya yang terdapat dalam buku Iaku. Dalam beberapa puisi seperti Aku Hanya Ingin Mengecup, Fragmen Nyamuk, dan kuseduh Sennyummu terdapat beberapa kosakata bahasa Sunda di
dalamnya, lalu dibawah puisi tersebut dibubuhkan juga arti kosakata dalam
bahasa Sunda tersebut mungkin dengan tujuan mempermudah pembaca untuk
mengartikan maksud puisi tersebut. Banyak ciri khas pada setiap penulis puisi
dalam menuliskan puisi nya, ada yang memainkan diksi, judul, dan sebagainya,
dan pemilihan diksi bahasa sunda ini menjadi salah satu ciri gaya penulisan
puisi Ari Kpin, dan tidak banyak penulis puisi yang melakukan hal ini.
Hal menarik selanjutnya dalam
puisi-puisi karya Ari Kpin ini adalah judul dalam beberapa puisi nya, diksi-diksi
yang digunakan oleh Ari Kpin dalam memberikan judul pada sebagian puisi nya
merupakan diksi yang baru diketahui oleh peresensi. Seperti, “Ajiawa”, “Ayarkuosin”, “Sestet Fa”, “Jah”, “Sepentina Jarjos”, “Ang”, dan “Stanza GoCeng”. Hal ini membuat peresensi memiliki rasa ingin tahu akan arti dari
diksi-diksi diatas. Ada hal yang menarik perhatian peresensi selanjutnya adalah
tipografi dalam kumpulan puisi ini. Pertama, ada kekonsistenan penulis dalam
menulis semua puisi nya yaitu penulisan rata kiri; adanya penggunaan tanda
baca. Akan tetapi pada beberapa puisi memiliki keunikan sendiri seperti pada
puisi “Ajiawa” (halaman 21) dimana huruf awal pada tiap bait ditulis dengan
huruf kapital, hal ini membuat peresensi menelaah tipografi dalam puisi ini
karena lain daripada puisi nya yang lain. Ternyata setelah di perhatiakan lebih
dalam lagi, huruf awal pada tiap bait puisi ini membentuk sebuah nama
seseorang, yaitu FADLAN FAIZ NURBAYAN. Selanjutnya, hal ini juga terdapat dalam
beberapa puisi lainnya seperti pada puisi berjudul “Hari Baru Tanpamu” (halaman
4) dengan tipografi menyusun kosakata GIGIKU SUDAH MANDI HARI INI. Dengan
adanya fenomena tipografi yang unik ini, membuat keunikan dan daya tarik
tersendiri bagi pembaca yang jeli menemukannya.
Beberpa
puisi ditulis dengan kemasan nyentik dan
jenaka karena menyisipkan kosakata bahasa daerah, kata-kata yang baru diketahui
oleh peresensi, adanya kosata bahasa gaul dan tidak baku, karena hal itulah
peresensi mengatakan puisi-puisi ini nyentrik karena puisi yang banyak
diketahui oleh masyarakat luas merupakan pusi dengan diksi dan kosakta yang
indah, dan baku, dan Ari Kpin muncul dengan puisi yang berbeda dan tidak sama
dengan stereotipe puisi pada umumnya.
Pada puisi karya Ari Kpin ini secara
keseluruhan mudah dipahami maksud nya dengan mudah karena penggunaan bahasa
yang tidak terlalu sulit dan adanya pengadopsian bahasa gaul dan bahasa daerah
yang dipahami oleh beberapa orang, akan tetapi juga, ada beberapa puisi yang
sukar dimengerti karena adanya kosakata-kosata yang baru diketahui oleh peresensi
yang membuat peresensi sukar memahami maksud sebenarnya puisi tersebut, dan
penggunaan bahasa daerah juga mungkin akan membuat perubahan pemaknaan pembaca
terhadapa puisi-puisi tersebut walaupun sudah terdapat keterangan arti kosakata
bahasa daerah tersebut, hal-hal diatas tentu saja akan berbeda pada setiap
pembaca. Peresensi tidak menemukan kesalahan yang mecolok dalam buku iaku ini, walapun mungkin ada kesalahan,
kesalahan itu tidak terasa dan tidak membuat puisi-puisi ini tidak indah dan
menarik. Tidak ada alasan yang membuat banyak orang yang suka pada karya sastra
khususnya puisi untuk tidak membaca buku ini, gaya penulisan yang unik membuat
suatu daya tarik yang luar biasa yang dapat menambah khasanah pembaca dalam
karya sastra puisi serta merenungi kehidupan romansa dengan cara yang unik
untuk memaknai hidup.***(Suci Rifiana Putri)
0 komentar:
Posting Komentar