Senin, 14 Januari 2019

Puisi Nyentrik nan Romantis








            Buku berjudul iaku merupakan buku kumpulan puisi karya Ari Kpin yang dikumpulkan dan di terbitkan oleh Rumput Merah pada September 2018. Pria yang bernama asli Yari Jomantara ini lahir di Garut. Beliau menekuni dunia musik dari bangku SMP ini membawa nya duduk di Jurusan Sendratasik Program Seni Musik IKIP Bandung atau kini dikenal dengan nama UPI. Pada jenjang ini lah dia mulai dekat dengan dunia sastra. Sastra dan musik menjadi ciri khas dunia yang beliau jalani sekarang. Ketekunan membuat beliau terus eksis berkarya di bidang seni juga sastra. sudah banyak pentas pertunjukan yang beliau buat, baik dalam bidang musik, sastra, drama, tari, maupun kolaborasi-kolaborasi seni serta sastra lainnya. Beberapa karya yang sudah beliau ciptakan berupa lagu, ilustrasi musik teater, ilustrasi musik tari, dan aransemen paduan suara, seperti mencipta Mars dan Hymne Politeknik Negeri Bandung, Tridaya, dan berbagai lembaga lainnya.

            Buku yang judulnya diambil dari salah satu judul puisi didalam nya ini berisikan 99 puisi yang bertema romansa, religi, perenungan, ideologi, dan kenangan yang dikemas dengan menarik dan erat dengan isu sosial yang teranalisa oleh pengetahuan ilmu sosiologi sastra yang ditulis dengan puisi bernuansa romantik nan nyentrik
            Setiap karya pasti memiliki keunggulan dan keunikan nya masing-masing untuk membedakan dan memberikan ciri khas pada setiap karyanya. Puisi karya Ari Kpin ini juga memiliki keunikan tersendiri dalam karya-karya nya yang terdapat dalam buku Iaku. Dalam beberapa puisi seperti Aku Hanya Ingin Mengecup, Fragmen Nyamuk, dan kuseduh Sennyummu terdapat beberapa kosakata bahasa Sunda di dalamnya, lalu dibawah puisi tersebut dibubuhkan juga arti kosakata dalam bahasa Sunda tersebut mungkin dengan tujuan mempermudah pembaca untuk mengartikan maksud puisi tersebut. Banyak ciri khas pada setiap penulis puisi dalam menuliskan puisi nya, ada yang memainkan diksi, judul, dan sebagainya, dan pemilihan diksi bahasa sunda ini menjadi salah satu ciri gaya penulisan puisi Ari Kpin, dan tidak banyak penulis puisi yang melakukan hal ini.
            Hal menarik selanjutnya dalam puisi-puisi karya Ari Kpin ini adalah judul dalam beberapa puisi nya, diksi-diksi yang digunakan oleh Ari Kpin dalam memberikan judul pada sebagian puisi nya merupakan diksi yang baru diketahui oleh peresensi. Seperti, “Ajiawa”, “Ayarkuosin”, “Sestet Fa”, “Jah”, “Sepentina Jarjos”, “Ang”, dan  “Stanza GoCeng”. Hal ini membuat peresensi memiliki rasa ingin tahu akan arti dari diksi-diksi diatas. Ada hal yang menarik perhatian peresensi selanjutnya adalah tipografi dalam kumpulan puisi ini. Pertama, ada kekonsistenan penulis dalam menulis semua puisi nya yaitu penulisan rata kiri; adanya penggunaan tanda baca. Akan tetapi pada beberapa puisi memiliki keunikan sendiri seperti pada puisi “Ajiawa” (halaman 21) dimana huruf awal pada tiap bait ditulis dengan huruf kapital, hal ini membuat peresensi menelaah tipografi dalam puisi ini karena lain daripada puisi nya yang lain. Ternyata setelah di perhatiakan lebih dalam lagi, huruf awal pada tiap bait puisi ini membentuk sebuah nama seseorang, yaitu FADLAN FAIZ NURBAYAN. Selanjutnya, hal ini juga terdapat dalam beberapa puisi lainnya seperti pada puisi berjudul “Hari Baru Tanpamu” (halaman 4) dengan tipografi menyusun kosakata GIGIKU SUDAH MANDI HARI INI. Dengan adanya fenomena tipografi yang unik ini, membuat keunikan dan daya tarik tersendiri bagi pembaca yang jeli menemukannya.
           

Beberpa puisi ditulis dengan kemasan nyentik dan jenaka karena menyisipkan kosakata bahasa daerah, kata-kata yang baru diketahui oleh peresensi, adanya kosata bahasa gaul dan tidak baku, karena hal itulah peresensi mengatakan puisi-puisi ini nyentrik karena puisi yang banyak diketahui oleh masyarakat luas merupakan pusi dengan diksi dan kosakta yang indah, dan baku, dan Ari Kpin muncul dengan puisi yang berbeda dan tidak sama dengan stereotipe puisi pada umumnya.
            Pada puisi karya Ari Kpin ini secara keseluruhan mudah dipahami maksud nya dengan mudah karena penggunaan bahasa yang tidak terlalu sulit dan adanya pengadopsian bahasa gaul dan bahasa daerah yang dipahami oleh beberapa orang, akan tetapi juga, ada beberapa puisi yang sukar dimengerti karena adanya kosakata-kosata yang baru diketahui oleh peresensi yang membuat peresensi sukar memahami maksud sebenarnya puisi tersebut, dan penggunaan bahasa daerah juga mungkin akan membuat perubahan pemaknaan pembaca terhadapa puisi-puisi tersebut walaupun sudah terdapat keterangan arti kosakata bahasa daerah tersebut, hal-hal diatas tentu saja akan berbeda pada setiap pembaca. Peresensi tidak menemukan kesalahan yang mecolok dalam buku iaku ini, walapun mungkin ada kesalahan, kesalahan itu tidak terasa dan tidak membuat puisi-puisi ini tidak indah dan menarik. Tidak ada alasan yang membuat banyak orang yang suka pada karya sastra khususnya puisi untuk tidak membaca buku ini, gaya penulisan yang unik membuat suatu daya tarik yang luar biasa yang dapat menambah khasanah pembaca dalam karya sastra puisi serta merenungi kehidupan romansa dengan cara yang unik untuk memaknai hidup.***(Suci Rifiana Putri)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright (c) 2010 Pena Suci. Design by WPThemes Expert
Themes By Buy My Themes And Cheap Conveyancing.