Terkadang kita perlu
merasakan kegagalan. Agar kita tahu bagaimana nikmatnya suatu kemenangan.
Tersebutlah sebuah
desa bernama desa Bening. Desa ini berbeda dengan desa-desa lainnya yang ada.
Desa ini memiliki mata air yang belum tercemar yang bernama sumber wening.
Mungkin itu sudah biasa bagi kalian. Tapi beda nya desa ini memilliki sumber
mata air yang sangat jernih, lebih jernih dari sumber mata air terjenih yang
ada di dunia ini. Itu sebab nya mengapa desa ini diberi nama desa Bening. Ya ,
karena memiliki air yang sebening berlian.
Tapi sangat
disayangkan. Untuk mendapatkan air dari sumber wening ini, masyarakat harus
mengangkut air yang dibatasi oleh cadas yang sangat tinggi lagi berlumut secara
manual. Karena perkembangan teknologi dan komunikasi belum pernah menyapa desa
mereka. Sehingga tak jarang banyak warga yang celaka demi se ember air. Jadi,
menurut mereka percuma saja tuhan memberikan air yang begitu bening tetapi
tidak bisa dijangkau oleh mereka. Hidup mereka tetap saja kekurangan air.
Tuhan selalu adil
dalam menciptakan suatu hal...
“aduh nduk, ibu sudah tak kuat menyebrangi
cadas itu lagi...” sambil terbatuk ibu
sari menepuk pundak anak nya Minah yang dari tadi merengek minta minum
“tapi bu, Minah
haus.. untuk apa desa kita punya sumber air tapi ndak dipake” jawab Minah sambil menahan kesal
Tiba-tiba muncul
mas Yono kakak Minah membawa-bawa secarik kertas dari daun lontar, sambil
berteriak “ndak usah khawatir lagi de, kita akan minum air itu
sepuas yang kita mau” sambil menyinggungkan senyum kemenangan pada adiknya
“aduh mas..mas.. ngimpi opo toh koe ampe bisa ngomong
ngawur gitu” jawab ibunya
“iya nih mas ini
ada-ada saja, disuruh ibu ngangkut air satu ember saja ndak iso apa lagi air sepuasnya ngimpi
koe mas..mas” ejek adiknya
Tanpa memperdulikan
omongan tidak percaya adik dan ibu nya, Yono langsung menjelaskan cara
memindahkan air dari sebrang cadas itu dengan kincir air 3 tingkat. Katanya dia
terinspirasi dari kincir angin anak-anak yang bermain di ladang tempat dia
bekerja.
Karena Yono
memiliki kemampuan mengandalkan orang lain yang sangat andal. Yang ia warisi
dari mendiang ayah nya yang meninggal gara-gara terpeleset ketika mengambil air
ke sebrang cadas itu. Tanpa ba bi bu lagi. Sang ibu dan adiknya langsung setuju
dengan ide yono langsung mendiskusikan masalah ide ini dengan pa Saman ketua
desa ini.
“.....saya yakin
pak, kincir ini akan berhasil. Kalau warga desa siap membantu menyumbangkan
tenaga dan peralatan yang di butuhkan untuk membangun kincir air ini” jelas
Yono kepada Pa Saman
“saya tahu rencana
mu baik nduk, tapi opo ndak susah ya buat nya. Wong
sampen bilang tingginya tiga meter”
jawab Pa Saman
“ini demi kampung
kita yang sangat butuh air lho pa. Lagian ndak
ada salah nya kita coba dulu. Kita Ikhtiar,untuk
hasilnya kita serahkan ke gusti Allah” sergah Yono untuk meyakinkan pa Saman.
Akhirnya warga desa
pun bergotong royong membuat kincir air tiga meter itu dengan di pimpin oleh
Yono. Setelah empat minggu, akhirnya kincir air itu berhasil dibuat oleh warga.
Sudah banyak yang warga korbankan demi membangun kincir ini. Waktu, tenaga,
bahkan ladang-ladang mereka pun mereka tinggalkan demi kincir itu.
Kini saat nya warga
melihat hasil dari jerih payah meeka selama empat minggu ini.
“bu, kaya nya kincir
ini ga berhasil” ucap Yono sambil menggenggam erat tangan ibunya
“ndak usah khawatir toh nduk.
Yang penting kita wes usaha, hasilnya ya kita serahkan saja pada
gusti Allah” jawab ibu nya sambil terus memperhatikan kincir air itu
Sudah hampir dua
jam warga menunggu reaksi dari kincir itu. Tapi tidak ada yang terjadi.
Tiba-tiba air jatuh dari kincir itu sambil terus berputar kencang. Hingga
tiba-tiba kincir itu roboh dan robohannya menimpa salah satu pemuda desa hingga
tewas.
Setelah kejadian
itu, warga enggan lagi mempercayai perkataan Yono tentang benda-benda yang bisa
mengangkut air dari cadas itu. Tetapi Yono yakin masih bisa membuat hal itu
terjadi. Yono pun mengajak warga berbicara untuk membahas kemungkinan kedua ini
akan berhasil. Tapi sayang nya hanya adik nya saja yang bersedia mendengar
rencana-rencana Yono yang baru dan lebih matang.
Sudah berbagai
macam cara Yono lakukan untuk meyakinkan warga desa, bahwa rencana ini akan
berhasil. Termasuk menjelaskan pada pa Saman, warga yang petama kali setuju
dengan ide Yono ini
“maaf nduk bukan bapa ndak mau percaya kamu lagi, bapa yakin ini akn berhasil. Tapi
wargga sudah ndak percaya lagi sama koe. Jadi kali ini bapa ndak bisa
bantu lagi”
“kesalahan kita
hanya di bahan dan jumlah kincir nya saja toh pa, kemarin saya Cuma salah
hitung saja” jelas Yono
Tapi sia-sia saja,
pa Saman tetap tidak mau membantu Yono lagi. Akhirnya dengan dibantu adiknya,
Yono membangun lagi kincir air itu dengan biaya tabungan keluarga Yono. Tentu
saja dengan perhitungan yang lebih matang dari sebelumnya.
Hari demi hari
keluarga Yono di hina oleh warga karena kekeras kepalaan mereka untuk membangun
kincir air raksaksa itu. Tanpa memperdulikan hinaan itu, Yono dan keluarga
terus melanjutkan pekerjaan.
“nduk, sudah lebih satu bulan ibu tiap
hari mengantarkan makanan untuk kamu dan adik mu itu. Tapi kok kincir nya ndak jadi-jadi. Yo wes lah nduk, ndak usah dilanjutkan. Kamu malah cape sendiri dan
warga sudah sering mencemooh sikap mu itu. Untuk uang keluarga yang kamu pakai
sudah ibu ikhlaskan”
“ndak, bu. Sedikit lagi udah beres bu.
Besok sudah bisa digunakan”
“sakarep mu lah nduk, ibu sudah kasih
tau. Takut koe makin makan ati”
.....
Saat Yono dan
kelurganya akan mencoba fungsi kincir air tersebut, ada banyak warga yang
berkumpul ingin melihat. Jelas, mereka
datang dengan seribu hinaan dan
kalimat-kalimat yang menjatuhkan. Tapi Yono dengan sangat ikhlas tersenyum
sambil mulai menyalakan kincir air tersebut.
“sudah ada yang
mati, air jadi kotor, mau ngapain lagi sampean ?” teriak salah satu warga
“air ini akan jadi
milik kita bebarengan mas” jawab Yono
Waktu itu pun tiba.
Dengan sangat terkejut warga melihat air kelur dari kincir yang Yono buat. Air
bening yang dulu sangat susah mereka dapat kan. Kini ada, mengalir dengan deras
didepan mereka semua.
“ini ajaib mas”
seru Minah sambil menyiprat-nyiprat air ke tubuh Yono
“kuasa Allah de”
jawab Yono sambil tersenyum
Akhirnya warga pun
meminta maaf pada Yono dan membantu Yono menyempurnakan kincir yang Yono buat.
Dan kepercayaan pun kembali lagi pada Yono. Dan Yono mengerti betapa nikmatnya suatu keberhasilan yang pernah
diselingi oleh kegagalan.
Sungguh siapa pun
yang mau berusaha dengan bersungguh-sungguh, bersabar, dan berdoa. Mereka
termasuk orang-orang yang beruntung dan akan berhasil
.